Selasa, 27 Desember 2016

Pengertian, ciri-ciri dan makna masa remaja



II.I       Pengertian Masa Remaja
Remaja berasal dari kata latin (Adolescene) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescene, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama dan remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa.
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia delapan belas tahun, bukan dua puluh satu tahun seperti sebelumnya. Masa remaja ditandai dengan telah nampaknya kemampuan dalam berpikir dan mengambil keputusan, meski belum matang secara sempurna layaknya orang dewasa. Dalam hal keyakinan, pada usia transisi ini dapat terjadi keraguan beragama atau mengalami konflik keyakinan beragama, yang apabila tidak menemukan bimbingan dan solusi yang tepat bisa melahirkan konversi agama.
Usia remaja ini diamati juga oleh para ahli sebagai masa yang penuh gejolak. Pencarian kaum remaja akan identitas dirinya serta budaya pertemanan yang mereka bangun menjadikan mereka sulit untuk dikendalikan. Gejolak-gejolak yang ada pada diri mereka itu sering kali mendorong mereka untuk melakukan pemberontakan-pemberontakan terhadap dunia orang dewasa. Tak urung beberapa istilah yang “agak menyeramkan” diberikan untuk periode usia ini. G. S. Hall, seorang psikolog Amerika yang memperoleh julukan sebagai Bapak Psikologi Remaja, menyebut masa remaja ini (12-25 tahun) sebagai Strum Und Drang, “Masa Topan Badai” (Saywono, 2001:23). James E. Gardenar memberi judul bukunya yang membahas persoalan remaja dengan memahami Gejolak Masa Remaja (Tubulence Adolescense).
Mengacu pada pernyataan G. Stanley Hall bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa, tentu saja memberi kesan bahwa banyak sekali hal negatif yang ada pada masa ini, namun menyanggah hal itu, Daniel Offer, melalui penelitiannya menyatakan setidaknya 73% remaja menunjukan citra tubuh yang sehat, dibandingkan orang dewasa para remaja lebih menikmati hidup mereka, mereka menyatakan diri mereka sebagai orang yang bisa mengendalikan diri, menghargai kerja dan sekolah juga percaya diri terhadap segala aspek dalam dirinya. (John W. Santrock 2011 : 297).
Masa remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang dialami manusia dalam hidupnya. Beberapa ahli mempunyai pendapat berbeda mengenai kapan masa remaja itu berlangsung, karena memang perkembangan manusia itu bersifat individual, ada perkembangan yang cepat, dan ada pula yang lambat. Dengan demikian, batasan umur bersifat fleksibel, artinya dapat maju atau mundur sesuai dengan kecepatan perkembangan masing-masing individu. Suatu contoh batasan umurremaja menurut beberapa ahli (Nuryoto, 1994) adalah (a) umur 13-18 tahun (Hurlock), (b) umur 12-21 tahun (Jersild), (c) umur 13-21 tahun (Cole), dan (d) umur 13-21 tahun (Haditono).
Menurut Hall (dalam Dacey & Kenny, 2004) masa remaja merupakan suatu tahap perkembangan yang dikarakteristikkan sebagai “storm and stress’, tahap dimana remaja sangat dipengaruhi oleh mood dan remaja tidak dapat dipercaya. Menurut Hurlock masa remaja awal ini berkisar pada usia 12/13 thn – 17/18 thn. Sementara menurut WHO, masa remaja awal berkisar pada usia 10 -14 thn.

II.II     Ciri – ciri Masa Remaja
Menurut Papalia dan Olds, ada tiga perkembangan manusia yitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian dan sosial. Pratiwi mengatakan bahwa terdapat beberapa karakterisrtik perkembangan remaja sebagai berikut :
a)        Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh terjadi dengan tambahan tinggi, berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja dari kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan dan meningkatnya kemampuan kognitif. Menurut pendapat Santrock, tanda yang paling penting dimulainya masa remaja adalah pubertas. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonalsa. Terutama terjadi selama masa remaja awal. Brooks Gunn dalam Santrock menyatakan bahwa pubertas bukanlah kejadian berdiri sendiri dan tiba-tiba, melainkan menentukan kapan saat tepat pubertas dimulai dan berakhir.
b)        Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, emosi, mental, berpikir dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual dan pengalaman yang benar-benar terjadi. Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentris. Egosentris adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain”. Berkaitan dengan perkembangan kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku seperti berkritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas sehingga remaja cenderung mempertanyakan aturan-aturan), rasa ingin tahu yang kuat, jalan pikiran egosentris.
c)        Kepribadian dan sosial
Menurut paparan Ericson perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri yaitu proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.
Menurut Conger dan Paila and Old (2001) menyatakan bahwa perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan dengan orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakulikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada masa ini berkembang social cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Pada masa ini juga berkembang sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain.
d)       Modal dan jati diri
Tingkat moralitas sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia muda. Mereka mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Pergeseran ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri. Remaja berupaya keras agar diterima oleh lingkungan sebaya. Bila seseorang memasuki masa remaja akan timbul keinginan dari dalam dirinya untuk menjadi mandiri. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional pada orang tua. Di satu sisi dia ingin membuktikan diri dari orang tua namun di sisi lain juga masih memerlukan dan tergantung pada orang tua.

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya
a.       Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Pada periode remaja, ada periode yang penting karena akibat fisik dan akibat psikis dalam membahas akibat fisik Tanner mengatakan (156) “bagi sebagian besar anak muda, usia antara 14 dan 16 tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlagsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersngkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut”.

b.      Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat  keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (58).
c.       Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja,ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama yaitu meningginya emosi, perubahan tubuh minat dan peran, berubahnya minat dan pola perilaku yang menyebabkan nilai-nilai berubah, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.



d.      Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Masalah masa remaja adalah masa yang sulit diatasi baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu :
1. Sepanjang masa anak-anak,masalah anak-anak diselesaikan oelh orang tua dan guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah
2. Para remaja merasa diri mandiri,sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
e.       Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Pada awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal,seperti sebelumnya.
f.       Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Tanggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya, cendrung merusak dan berperilaku merusak. Menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Tanggapan stereotip ini menyebabkan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan buruk tentang remaja,dan membuiat peralihan kemasa dewasa menjadi sulit.
g.      Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah,para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa belumlah cukup oleh karena itu,remaja mulai memusatkan diri pada perilaku pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.

II.III    Makna Masa Remaja
Kemampuan-kemampuan kognitif tersebut akan semakin berkembang hingga anak memasuki tahap pemikiran operasional formal, yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia 11/12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lerner 7 Hustlsch, 1983). Secara umum karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pemikiran remaja tidak lagi terbatas disini dan sekarang, mereka sudah mampu memahami waktu historis dan ruang luar angkasa.
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu : pertama, remaja awal. Pada tahap ini remaja masih bingung akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Akibatnya, remaja awal sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Kedua, remaja madya. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia merasa senang apabila banyak teman yang menyukai dan terdapat kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Ketiga, remaja akhir. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal : 1). Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual. 2). Ego mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. 3). Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4). Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5). Tumbuh dinding yang memisahkan diri sendiri dan masyarakat umum.
Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol terjadi dalam masa remaja, baik dibandingkan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya, mengundang banyak tafsiran. Sebagaimana lazimnya dalam dunia ilmu pengetahuan (sosial, terutama) bahwa sifat tafsiran itu sangat bergantung pada dasar pandangan (assumption) dan konsep atau kerangka dasar teoritis (conceptual frame work) serta norma yang digunakan (frame of references) oleh penafsir atau sarjana yang bersangkutan. Hal ini berlaku pula bagi fenomena masa remaja seperti tampak pada beberapa contoh berikut ini.
a)       Frued (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada seksual libido; dorongan seksual), menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang difinitif karena perpaduan (unifikasi) hidup seksual yang banyak bentuknya (poly-morph) dan infantile (sifat kekanak-kanakan). 
b)       Charlotte Buhler (yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan manusia), menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Individu menjadi gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dan dengan ini tercipta syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain. 
c)       Spranger (yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada sikap individu terhadap nilai-nilai), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa pertumbuha dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku, berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan ke arah dan ke dalam berbagai lapangan hidup. 
d)       Hoffman (berorientasikan kepada teori Resonansi psikis), menafsirkan bahwa masa remaja itu merupakan suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya pada masa remaja itu berlangsung amat pesat sehingga dituntut kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi terciptanya harmoni diantara fungsi-fungsi tersebut di dalam dirinya. 
e)       Conger (yang menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam pemahamannya dalam kehidupan remaja masa kini) sejalan dengan pendapat Erikson (yang teori kepribadiannya berorientasi pada psychological crisis development), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal, ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.


Referensi  :
           Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

         


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar