Jumat, 30 Desember 2016

Karakter yang diicntai Allah SWT

Cinta adalah kecocokan dua hati atau dua pihak. Ia tidak dapat diperintahkan atau dipaksakan. Ia hadir sebagai buah kecenderungan dan kecocokan nilai-nilai. Cinta juga juga merupakan fitrah dari Allah yang tidak dapat kita elakkan.
Allah SWT mencintai beberapa karakter dari kepribadian seorang Muslim. Sesuai dengan dzat-Nya yang Agung, Baik, Mulia, Istimewa, dan sederat sifat baik lainnya, maka unsur-unsur kebaikan itu menjadi inti dari karakter yang dicintai Allah SWT. Di dalam Q.S Al-Baqarah : 112 bahwa karakter orang yang dicintai ALlah SWT yaitu terhindar dari phobia (takut) dan sedih hati. Berdamai, memiliki rasa empati, dan tida berbuat acuh tak acuh (Q.S Ali-Imran : 134). Setiap manusia pastinya ingin diperhatikan, dicintai dan disayangi oleh orang lain, kan tetapi terkadang ia tak mau untuk memperhatikan, mencintai dan menyayangi orang lain padahal kunci utamanya seperti itu. Jika kita ingin diperlakukan seperti itu oleh orang lain maka kita pun harus melakukannya untuk orang lain.
Karakter yang Allah cintai juga, manusia yang beriman kepada Rosul Allah dan menjalankan risahalnya, menjalankan kewajibannya, menjauhkan larangannya.
Umumnya, mereka yang memiliki karakter tersebut adalah orang-orang yang gemar berbuat baik (muhsinin), bertaubat (tawwabin), bertakwa (muttaqin) dan berserah diri (mutawakkilin) kepada Allah SW.
Seburuk apapun dosa kita, jika kita berubah untuk berjalan di jalan Allah. Maka bertaubatlah karena Allah selalu hadir bersama kita dan selalu membukakan pintu maaf yang seluas-luasnya bagi kita. Bukti kita bertaubat yaitu dengan menjalani hari melakukan kebaikan dan menjauhi diri dari larangannya. Jika kamu menyembah Allah, maka seolah-olah kamu meilhat-Nya, jika tidak demikian maka kamu menyadari bahwa sesungguhnya Allah meilaht kamu. Jangnlah beranggapan bahwa Allah tak memperhatikan kita, karena pada dasarnya sebaik-baiknya cctv yaitu cctv nya Allah SWT. Dimanapun kita berada, pasti Allah mengetahinya. Jika kamu bertaqwa kepada Allah, maka kamu berserah diri hanya kepadaNya. Berserah diri tersebut menjadi prasyarat dihasilkannya tujuan sesuai yang diharapkan. Selanjutnya adalah kuasa Allah SWT, Dzat yang mengetahui secara pasti kegaiban yang terdapat dalam proses menuju hasil dan tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar