Saat ini kita kembali berada pada
bulan Rabiul Awwal. Bulan ini diyakini oleh kaum Muslim sebagai bulan kelahiran
Baginda Nabi Muhammad saw. Seperti biasa, pada bulan diadakan Peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw oleh kaum Muslim di berbagai tempat.
Dalam
keprihatinan...
Sayang, Peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw kali ini, yang seharusnya diliputi oleh suasana kegembiraan dan
rasa syukur, kini terpaksa dipenuhi oleh suasana penistaan al-Qur’an oleh Ahok
masih sangat kuat dirasakan oleh masyarakat. Amarah umat terhadap Ahok sang
penista al-Qur’an pun belum mereda. Apalagi Ahok sampai sekarang belum
dipenjara. Bahkan dengan meilaht kecenderungan negatif institusi peradilan yang
sering “tajam ke bawah dan tumpul ke atas”- yakni tegas terhadap rakyat kecil
tetapi cenderung lembek terhadap para penguasa dan pejabat. Disisi lain,
peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang setiap tahun dirayakan oleh sebagian
umat Islam, khususnya di Tanah Air, tetap berada dalam suasana penelantaran
al-Qur’an. Al-Qur’an tetap hanya dijadikan bacaan belaka, sementara isinya
tetap dicampakkan dan hukum-hukumnya tetap diabaikan.
Al-Qur’an
Tetap Ditelantarkan...
Dari sekian banyak permasalahan yang
ada di Indonesia, nyata sekali bahwa al-qur’an sesungguhnya telah lama
ditelantarkan karena sudah sejak lama tidak amalkan dan diterapkan dalam
realitas kehidupan. Padahal bukankah Muhammad saw dilahirkan dan diutus sebagai
rasul addalah untuk mengamban al-qur’an? Ukankah Rosulullah saw rela
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan jiwa selama 23 tahun di
Makkah dan Madinah adalah agar al-qur’an dijadikan pedoman dan diterapkan untuk
mengatur kehidupan? Jika pada faktanya saat ini al-qur’an ditinggalkan,
ditelantarkan bahkan dinistakan maka wajarlah jika umat ini diadukan oleh
Rosulullah saw kepada Allah SWT.
Karena itu Peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw tidak akan bermakna apa-apa selain sebagai aktivitas ritual dan rutinitas
belaka- jika kaum Muslim tetap enggan diatur oleh al-Qur’an yang telah dengan
susah payah diemban oleh Nabi Muhammad saw ke tengah-tengah mereka.
Lebih
dari itu, pengagungan kepada Rosulullah saw yang di antara lain diekspresikan
dengan memperingati hari kelahiran beliau, sejatinya merupakan perwujudan
kecintaan kepada Allah saw karena Rosulullah saw adalah kekasihNya. Jika memang
demikian kenyataannya maka kaum Muslim wajib mengikuti sekaligus meneladani
Rosulullah saw dalam seluruh aspek kehidupannya. Meneladani Nabi Muhammad saw
hakikatnya adalah dengan cara mengamalkan seluruh isi al-Qur’an yang tidak
hanya menyangkut ibadah ritual dan akhlak saja tetapi mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia. Artinya, kaum Muslim dituntut untuk mengikuti dan meneladani
Nabi Muhammad saw dalam seluruh perilakunya. Mulai dari akidah dan ibadahnya,
makanan/minuman, pakaian dan akhlaknya, hingga berbagai muamalah yang
dilakukannya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum
dan pemerintahan. Sebab Rosulullah saw sendiri tidak hanya mengajari kita
bagaimana mengucapkan syahadat serta melaksanakan shalat, zakat, shaum dan haji
secara benar berdasarkan tuntunan al-Qur’an tetapi juga mengajarkan bagaimana
mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi, menjalani kehidupan sosial,
menjalankan pendidikan, melaksanakan aktivitas politik, menerapkan
sanksi-sanksi hukum bagi pelaku kriminal dan mengatur pemerintahan/negara
secara benar, juga berdasarkan tuntunan al-Qur’an.
Wahai
kaum Muslim...
Karena
itu jika kita berduka sekaligus murka saat al-qur’an yang dibawa oleh
Rosulullah saw dinistakan, maka sepantasnya kita pun berduka sekaligus murka
saat al-qur’an dicampakkan dan saat hukum-hukumnya ditelantarkan. Sebab,
bukankah demi al-qur’an, dan hukum-hukum Rosulullah saw rela mengorbankan
harta, keluarga bahkan jiwa beliau?
Alhasil,
sekaranglah saatnya umat kembali bergerak menuntut penguasa, bukan sekesar agar
sang penista al-qur’an dipenjarakan, tetapi lebih dari itu, agar penguasa
segera menerapkan seluruh hukum dan
aturan al-qur’an.
Referensi
: Buletin Dakwah Al-Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar