Jumat, 30 Desember 2016

Bertentangan Dengan Aliran Pendidikan Nativisme



Secara bahasa:
Nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar).
Secara Istilah:
pandangan bahwa segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak  didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh pelopor nativisme
Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik.
Faktor- faktor
1.Faktor genetik:   Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar
2.Faktor Kemampuan Anak : Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contoh:adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
3.Faktor pertumbuhan Anak : Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Akan tetapi, saya tidak sependapat dengan aliran Nativisme bahwa ‘setiap anak sejak lahir telah memiliki sifat-sifat dasar tertentu yang disebut pembawaan dan terdiri dari pembawaan baik dan pembawaan buruk. Jadi, jika sejak lahir seorang anak memiliki sifat pembawaan yang buruk, maka seumur hidup ia akan menjadi orang yang berwatak buruk, sebaliknya jika ia memang berpembawaan baik, maka sampai mati pun ia tetap menjadi orang baik’. Jika seperti itu adanya, kasian juga ya manusia hihi manusia tidak diberikan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dan tidak adanya perkembangan pada manusia, baik perkembangan pola pikir ataupun perkembangan perilaku karena telah disebutkan bahwa manusia itu sudah mempunyai pembawaan sejak lahir baik atau buruknya. Sebenarnya pandangan ini bertentangan dengan Islam karena Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena manusia mempunyai akal. Dengan akal manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Coba bayangkan, jika dari lahir kita mempunyai sifat pembawaan yang buruk. Masih adakah orang yang mau berteman dengan kita karena kita berwatak buruk? Jangankan berteman untuk berkenalan saja mungkin enggan. Apabila hal itu terjadi, akan dibawa kemanakah dunia ini?.
            Dalam pandangan Islam, berbicara tentang karakter manusia berarti berbicara tentang fitrah sebagai hakikat manusia. Dalam Q.S Ar-Ruum : 30 ‘Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama Allah, ciptaan Allah, yang manusia telah diciptakan bersesuaian dengannya, tidak ada perubahan pada penciptaan Allah itu. Itulah agama yang benar. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya’. Ayat ini memberi kesimpulan bahwa fitrah manusia selalu berkonotasi baik dan menjadi asumsi yang sangat mendasar bahwa manusia memang diciptakan dalam keadaan baik dan berkecenderungan mengarah kepada kebaikan dan kebenearan. Wallahua’lam.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar