Mendengar apa yang difirmankan Allah dan memahaminya, lalu mengerjakan
apa yang diajarkan atau diserukan di dalam firman Allah tersebut,
adalah karakter orang-orang yang beriman. Karakter ini telah lekat, dan
banyak disebut di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, karena itu fenomena
“mentaati apa yang didengar“ akan senantiasa terlihat di kalangan
orang-orang yang mempunyai cap “beriman”. Sebaliknya, hal ini tidak
akan terlihat di kalangan orang-orang yang mempunyai cap “kafir”, karena
orang-orang kafir tidak mungkin mentaati apa yang difirmankan oleh
Allah سبحانه و تعالي .
Berikut adalah gambaran fenomena tersebut pada sekelompok orang yang
mengakui bahwa hanya merekalah orang-orang yang beriman, di mana
komitmen “kami dengar dan kami taat” memang tampak sangat ‘kelihatan’
ada pada aktifitas mereka yang penuh dengan kerja-kerja yang besar dalam
rangka mengikuti Rasul. Inilah sedikit uraiannya.
Allah SWT berfirman :
“Dan bertaqwalah kepada Allah Yang dengan (nama)Nya kamu saling meminta satu-sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (Qs.An-Nisaa : 1)
Dan Allah SWT juga berfirman :
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan (yakni silaturrahim) dan mereka takut
kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (Qs.Ar-Ra’d : 21)
Setelah mendengar ayat-ayat ini, merekapun tahu bahwa menyambung
silaturrahim adalah wajib, maka mereka pun melaksanakan ayat tersebut,
yaitu dengan memutus hubungan kekerabatan terhadap orang-tua, keluarga
atau sanak famili mereka.
Silaturrahim mereka artikan : shilla berarti sambungan, rahiim
berarti kasih sayang. Jadi, silaturrahim adalah sambungan kasih
sayang, di mana hanya ada di antara orang-orang yang ‘beriman’.
Tidak ada kasih sayang terhadap orang-orang kafir, karena itu
silaturrahim pun tidak boleh ada terhadap orang-orang kafir, harus
diputus….
Orang-orang yang tidak belajar Qur’an, mereka adalah orang-orang
‘kafir’, yaitu kafir terhadap ayat-ayat Allah karena tidak percaya
terhadap ayat-ayat Qur’an. Bukti bahwa orang-orang itu tidak percaya
terhadap Qur’an (kafir) adalah tidak maunya mereka untuk belajar Qur’an
dengan benar kepada orang-orang beriman yang faham Qur’an (yaitu
mereka). Karena itu siapapun yang tidak belajar Qur’an kepada mereka
adalah ‘kafir’, termasuk keluarga ataupun ibu-bapak sendiri. Maka tidak
ada kasih sayang dan tidak ada silaturrahim terhadap orang-orang kafir.
Ibu-bapak yang ‘kafir’ tidak perlu dijenguk, ditengok, diperhatikan, karena tidak boleh ada kasih sayang terhadap mereka.
Orang-tua yang kesusahan, biarlah mereka kesusahan sebagai adzab dari Allah.
Orang-tua yang sakit, biarlah dia sakit, sekarat, ataupun mati sekalian,
karena orang-orang beriman yang imannya baik tidak akan berkasih-sayang
dengan orang-orang kafir, siapapun dia.
Sementara itu, orang-orang yang mereka katakan ‘kafir’ tidak memahami seperti itu, tetapi memahami bahwa silaturrahim adalah tali kekerabatan atau tali kekeluargaan, sebagaimana pemahaman para ulama salaf.
Silaturrahim yang diartikan menyambung tali kekeluargaan atau tali
kekerabatan oleh para ahli bahasa dan oleh para ulama salaf dari
kalangan ahli hadits dan ahli fiqh semisal Imam An-Nawawi atau al-Hafidz
Ibnu Hajar Al-Atsqollani (lihat tulisan : “Silaturrahim”), dianggap
tidak tepat.
Sesungguhnya para ahli bahasa, ahli hadits dan ahli fiqh Islam baik dari
kalangan ulama salaf ataupun dari kalangan ulama muta’akhirin, semuanya
adalah orang-orang yang tidak faham Qur’an. Mengambil ilmu tidak boleh
dari orang-orang yang tidak faham Qur’an seperti itu. Mengambil ilmu
haruslah dari orang yang sudah pasti kepahaman Qur’annya, yaitu pemimpin
mereka.
Para ulama telah memahami bahwa silaturrahim adalah tali
kekeluargaan/kekerabatan yang tetap harus disambung meskipun orang-tua
itu kafir (yahudi, Nasrani atau musyrikin), namun ini adalah pemahaman
yang dikatakan keliru, meskipun pemahaman itu adalah pemahaman para
ulama salaf semisal Ibnu Hajar Al-Atsqollani, Imam An-Nawawi,
Al-Qurthubi dll (lihat tulisan : “Silaturrahim”). Pemahaman ini adalah
pemahaman orang kebanyakan dan merupakan pemahaman orang-orang ‘kafir’.
Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa para ulama salaf adalah
orang-orang yang tidak faham Qur’an. Kalaupun mereka ada kefahaman
tentang Qur’an juga, kefahaman mereka hanyalah cocok untuk zamannya
masing-masing. Pada masa sekarang kefahaman mereka sudah pasti tidak
akan cocok dengan realita yang ada.
Farida Nuraida Kamilah
Baca dan Pahami Ilmunya. InsyaAllah bermanfaat
Sabtu, 31 Desember 2016
Berbuat Taat untuk Kebahagiaan
Manusia itu lemah dan serba terbatas. Baik dalam perkara yang dapat
diindra maupun yang ghaib. Setiap orang tahu bahwa jantungnya itu
senantiasa berdetak. Tahukah ia berapa kali jantungnya itu berdetak pada
menit pertama, menit kedua dan seterusnya? Berapa banyak rambut yang
ada dikepalanya? Berapa banyak sejak ia baligh sampai sekarang rambutnya
yang rontok? Berapa banyak air yang telah ia konsumsi selama hidup?
Pada tgl 12 April jam 8.00 AM ia sedang melakukan apa? Berapa banyak
butir pasir dalam satu ember plastik? Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan
yang sulit atau bahkan tidak mampu dijawabnya. Kalaupun dijawab,
hanyalah berupa kira-kira, bukan secara pasti. Ini baru menyangkut
perkara sederhana yang dapat diindra. Manusia memang lemah dan terbatas
Dalam perkara materiil yang lebih kompleks manusia pun kesulitan untuk menjawabnya. Mengapa manusia memiliki rasa kasiahan sekaligus arogan? Mengapa manusia memiliki rasa sayang dan sekaligus rasa benci? Mengapa manusia memiliki rasa ingin memiliki? Mengapa ada dorongan untuk berkeluarga? Mengapa memiliki rasa takut? Apa hubungan karakter-karakter yang terdapat pada semua manusia itu dengan oksigen, karbon dioksida, air, nitrogen, sulfur, besi dan unsur-unsur yang ada dalam tubuh manusia? Manusia tak dapat menjawabnya, hanyalah bersifat dugaan, tidak bersifat tepat dan pasti. Memang, manusia itu lemah dan terbatas!
Apalagi dalam perkara ghaib. Bagaimana sebenarnya jin itu? Siapakah malaikat itu? Apa ‘arsy itu? Apakah bunga bank itu baik atau buruk? Apakah berdusta itu benar ataukah salah? Apakah nikah itu baik atau buruk? Apakah perang itu baik atau buruk? Dan seribu satu macam pertanyaan yang lain. Dengan semata mengandalkan akalnya, manusia tidak mampu menjawabnya. Andaikan memaksakan diri untuk menjawabnya, jawabannya itu akan saling berbeda antar satu orang dengan orang lain. Bahkan sering bertentangan. Antar generasipun dapat berbeda sikapnya. Akhirnya, kebenaran menjadi relatif tergantung masa dan tempat. Minuman keras disebut baik pada suatu massa namun buruk pada massa yang lain. Menjadi WTS dipandang buruk dalam suatu keadaan namun disebut baik pada saat terdesak ekonomi, misalnya. Ide tentang penyama dudukkan semua agama dipandang tepat bagi manusia modern, namun tidak demikian untuk manusia masyarakat tardisional. Demikianlah perbedaan dan pertentangan antara sesama manusia. Padahal topik yang menjadi bahasan hanya itu-itu juga. Bahkan seseorang seringkali memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda untuk persoalan yang sama pada saat yang berbeda. Itulah realitas manusia. Tegaslah, manusia itu serba lemah lagi serba kurang dan terbatas. Bila dalam persoalan demikian manusia itu lemah dan kurang, apatah lagi dalam hal menentukan kebaikan-kebaikan dunia akherat bagi ummat manusia.
Persoalan ini bagi seorang muslim bukan semata didasarkan pada realitas yang dilihatnya. Dia meyakini betul firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang memberitahukan bahwa pengetahuan manusia itu amatlah terbatas. “Dan tidaklah kalian Aku beri ilmu melainkan sedikit,” begitu makna firman-Nya dalam surat al-Isra [17] ayat 85. Lebih dari itu, Allah SWT Pencipta Manusia menggambarkan ciptaanya itu dengan menyatakan: “Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh” (Qs. al-Azhab [33]: 72). Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bila manusia itu sering kali menyangka sesuatu itu baik padahal buruk, dan menyangka sesuatu yang buruk sebagai baik. Berkaitan dengan perkara ini Allah SWT memberitahukan:
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui” (Qs. al-Baqarah [2]: 216).
Berdasarkan realitas kelemahan dan keserbakurangan manusia ini maka menyerahkan pengaturan kehidupan kepada hukum dan peraturan yang diproduksi oleh hanya akal manusia hanya akan mendatangkan kerusakan.
Hisab dari Allah SWT
Setelah Allah SWT mengutus rasul-Nya, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatan yang dilakukannya didunia. Artinya Allah SWT akan mengazab siapa saja yang tidak mau mengikuti aturan yang dibawa rasul tersebut. Firman Allah SWT:
“(Dan) Kami tidak akan mengazab (suatu kaum) sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Qs. al-Isra’ [17]: 15)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT memberikan jaminan kepada hamba-Nya; bahwa tidak akan diazab seorang manusia (yang diciptakan-Nya) atas perbuatan yang dilakukannya sebelum diutus seorang rasul kepada mereka. Jadi, mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang mereka lakukan sebelum rasul diutus, karena mereka tidak terbebani oleh satu hukum pun. Namun, tatkala Allah SWT telah mengutus seorang rasul kepada mereka, maka terikatlah mereka dengan risalah yang dibawa oleh rasul tersebut dan tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikatkan diri terhadap hukum-hukum yang telah dibawa oleh rasul tersebut. Allah SWT berfirman:
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan lagi bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul itu.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 165)
Dengan demikian, siapapun yang tidak beriman kepada rasul tersebut, pasti akan diminta pertanggungjawaban dihadapkan Allah kelak tentang ketidak-imanannya dan ketidak-terikatannya terhadapa hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut. Begitu pula bagi yang beriman kepada rasul, serta mengikatkan diri pada hukum yang dibawannya, ia pun akan diminta pertanggungjawaban tentang penyelewengan terhadap salah satu hukum dari hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut.
Atas dasar hal ini, maka setiap muslim diperintahkan melakukan amal perbuatannya sesuai dengan hukum-hukum Islam, karena wajib atas mereka untuk menyesuaikan amal perbuatannya dengan segala perintah dan larangan Allah SWT yang telah dibawa Rasulullah saw. Allah SWT berfirman:
“…Apa saja yang dibawa/diperintahkan oleh rasul (berupa hukum) kepadamu maka terimalah dia. Dan apa saja yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (Qs. al-Hasyr [59]: 7)
Banyak sekali nash-nash yang menjelaskan tentang permintaan tanggung jawab ini. Diantaranya:
“Ingatlah, hukum itu milik-Nya. Dia penghisab yang paling cepat.” (Qs. al-An’am [6]: 62)
“Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan (hasibin).” (Qs. al-Anbiya [21]: 47)
”Dan siapa saja ingkar terhadap ayat-ayat Allah, ingatlah sungguh Allah itu cepat hisabnya.” (Qs. al-Imran [3]: 19)
“Dan jika kalian menampakkan apa-apa yang ada pada jiwa kalian, atau menyembunyikannya niscaya Allah akan menghisab kalian.” (Qs. al-Baqarah [2]: 284)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab mudah.” (Qs. al-Insyiqaq [84]: 7 – 8)
Jelas sekali, Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban manusia. Seluruh perbuatan manusia akan ditanyain oleh-Nya. Apakah sesuai dengan aturan-Nya ataukah tidak. Oleh karena itu seorang muslim yang sadar akan tidak mampu menahan siksa Allah SWT yang dahsyat akan terus berupaya mentaati aturan-Nya. Penghisab itu adalah Allah SWT, bukan manusia.
Jadi Islam telah menetapkan bagi manusia suatu tolok ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana perbuatan yang terpuji (baik) yang harus segera dilaksanakan dan mana perbuatan tercela (buruk) yang harus segera ditinggalkan. Tolak ukur ini, sekali lagi, adalah hukum syara’ yakni aturan-aturan Allah SWT yang dibawa Rosulullah SAW dan bukan akal dan hawa nafsu manusia. Sehingga apabila syara’ menilai perbuatan tersebut itu baik, maka baiklah perbuatan itu baik, begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian, manusia akan dapat menjalani kehidupan dimuka bumi ini dengan berada diatas jalan yang lurus (benar), jalan yang akan mendatangkan kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman. Hal yang wajar sebab mereka berjalan diatas ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah menciptakan dan mengatur mereka dan mengetahui secara pasti mana yang baik dan buruk bagi manusia. Sebaliknya, jika manusia menjadikan akal dan hawanya untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain mereka membuat aturan yang bertentangan dengan aturan yang diturunkan Allah SWT sehingga mereka berjalan diatas jalan yang salah, maka yang akan didapatkannnya hanyalah kesengsaraan, kekacauan, kerusakan, kegelisahan dan berbagai bencana yang silih berganti. Allah SWT berfirman:
“Telah tampak kerusakan didart dan dilaut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (Qs. Ar-Ruum [30]: 41)
Dalam terikat dengan hukum syara’ ini tidak layak ditunda-tunda. Rosulullah SAW bersabda:
“Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dmana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi apda waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia” [HR. Muslim]
Bila hadits ini kita renungkan, rasanya dewasa ini hampir atau bahkan telah terjadi. Betapa banyak godaan, halangan, dan tantangan yang menghadang didepan orang yang akan melakukan kebaikan. Sebaliknya, betapa banyak dorongan dan kemudahan untuk melakukan kemaksiatan.
Dalam perkara materiil yang lebih kompleks manusia pun kesulitan untuk menjawabnya. Mengapa manusia memiliki rasa kasiahan sekaligus arogan? Mengapa manusia memiliki rasa sayang dan sekaligus rasa benci? Mengapa manusia memiliki rasa ingin memiliki? Mengapa ada dorongan untuk berkeluarga? Mengapa memiliki rasa takut? Apa hubungan karakter-karakter yang terdapat pada semua manusia itu dengan oksigen, karbon dioksida, air, nitrogen, sulfur, besi dan unsur-unsur yang ada dalam tubuh manusia? Manusia tak dapat menjawabnya, hanyalah bersifat dugaan, tidak bersifat tepat dan pasti. Memang, manusia itu lemah dan terbatas!
Apalagi dalam perkara ghaib. Bagaimana sebenarnya jin itu? Siapakah malaikat itu? Apa ‘arsy itu? Apakah bunga bank itu baik atau buruk? Apakah berdusta itu benar ataukah salah? Apakah nikah itu baik atau buruk? Apakah perang itu baik atau buruk? Dan seribu satu macam pertanyaan yang lain. Dengan semata mengandalkan akalnya, manusia tidak mampu menjawabnya. Andaikan memaksakan diri untuk menjawabnya, jawabannya itu akan saling berbeda antar satu orang dengan orang lain. Bahkan sering bertentangan. Antar generasipun dapat berbeda sikapnya. Akhirnya, kebenaran menjadi relatif tergantung masa dan tempat. Minuman keras disebut baik pada suatu massa namun buruk pada massa yang lain. Menjadi WTS dipandang buruk dalam suatu keadaan namun disebut baik pada saat terdesak ekonomi, misalnya. Ide tentang penyama dudukkan semua agama dipandang tepat bagi manusia modern, namun tidak demikian untuk manusia masyarakat tardisional. Demikianlah perbedaan dan pertentangan antara sesama manusia. Padahal topik yang menjadi bahasan hanya itu-itu juga. Bahkan seseorang seringkali memiliki pemikiran dan pendapat yang berbeda untuk persoalan yang sama pada saat yang berbeda. Itulah realitas manusia. Tegaslah, manusia itu serba lemah lagi serba kurang dan terbatas. Bila dalam persoalan demikian manusia itu lemah dan kurang, apatah lagi dalam hal menentukan kebaikan-kebaikan dunia akherat bagi ummat manusia.
Persoalan ini bagi seorang muslim bukan semata didasarkan pada realitas yang dilihatnya. Dia meyakini betul firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang memberitahukan bahwa pengetahuan manusia itu amatlah terbatas. “Dan tidaklah kalian Aku beri ilmu melainkan sedikit,” begitu makna firman-Nya dalam surat al-Isra [17] ayat 85. Lebih dari itu, Allah SWT Pencipta Manusia menggambarkan ciptaanya itu dengan menyatakan: “Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh” (Qs. al-Azhab [33]: 72). Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan bila manusia itu sering kali menyangka sesuatu itu baik padahal buruk, dan menyangka sesuatu yang buruk sebagai baik. Berkaitan dengan perkara ini Allah SWT memberitahukan:
“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi pula kalian menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kalian tidak mengetahui” (Qs. al-Baqarah [2]: 216).
Berdasarkan realitas kelemahan dan keserbakurangan manusia ini maka menyerahkan pengaturan kehidupan kepada hukum dan peraturan yang diproduksi oleh hanya akal manusia hanya akan mendatangkan kerusakan.
Hisab dari Allah SWT
Setelah Allah SWT mengutus rasul-Nya, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatan yang dilakukannya didunia. Artinya Allah SWT akan mengazab siapa saja yang tidak mau mengikuti aturan yang dibawa rasul tersebut. Firman Allah SWT:
“(Dan) Kami tidak akan mengazab (suatu kaum) sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Qs. al-Isra’ [17]: 15)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT memberikan jaminan kepada hamba-Nya; bahwa tidak akan diazab seorang manusia (yang diciptakan-Nya) atas perbuatan yang dilakukannya sebelum diutus seorang rasul kepada mereka. Jadi, mereka tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang mereka lakukan sebelum rasul diutus, karena mereka tidak terbebani oleh satu hukum pun. Namun, tatkala Allah SWT telah mengutus seorang rasul kepada mereka, maka terikatlah mereka dengan risalah yang dibawa oleh rasul tersebut dan tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikatkan diri terhadap hukum-hukum yang telah dibawa oleh rasul tersebut. Allah SWT berfirman:
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan lagi bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul itu.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 165)
Dengan demikian, siapapun yang tidak beriman kepada rasul tersebut, pasti akan diminta pertanggungjawaban dihadapkan Allah kelak tentang ketidak-imanannya dan ketidak-terikatannya terhadapa hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut. Begitu pula bagi yang beriman kepada rasul, serta mengikatkan diri pada hukum yang dibawannya, ia pun akan diminta pertanggungjawaban tentang penyelewengan terhadap salah satu hukum dari hukum-hukum yang dibawa rasul tersebut.
Atas dasar hal ini, maka setiap muslim diperintahkan melakukan amal perbuatannya sesuai dengan hukum-hukum Islam, karena wajib atas mereka untuk menyesuaikan amal perbuatannya dengan segala perintah dan larangan Allah SWT yang telah dibawa Rasulullah saw. Allah SWT berfirman:
“…Apa saja yang dibawa/diperintahkan oleh rasul (berupa hukum) kepadamu maka terimalah dia. Dan apa saja yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…” (Qs. al-Hasyr [59]: 7)
Banyak sekali nash-nash yang menjelaskan tentang permintaan tanggung jawab ini. Diantaranya:
“Ingatlah, hukum itu milik-Nya. Dia penghisab yang paling cepat.” (Qs. al-An’am [6]: 62)
“Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan (hasibin).” (Qs. al-Anbiya [21]: 47)
”Dan siapa saja ingkar terhadap ayat-ayat Allah, ingatlah sungguh Allah itu cepat hisabnya.” (Qs. al-Imran [3]: 19)
“Dan jika kalian menampakkan apa-apa yang ada pada jiwa kalian, atau menyembunyikannya niscaya Allah akan menghisab kalian.” (Qs. al-Baqarah [2]: 284)
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab mudah.” (Qs. al-Insyiqaq [84]: 7 – 8)
Jelas sekali, Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban manusia. Seluruh perbuatan manusia akan ditanyain oleh-Nya. Apakah sesuai dengan aturan-Nya ataukah tidak. Oleh karena itu seorang muslim yang sadar akan tidak mampu menahan siksa Allah SWT yang dahsyat akan terus berupaya mentaati aturan-Nya. Penghisab itu adalah Allah SWT, bukan manusia.
Jadi Islam telah menetapkan bagi manusia suatu tolok ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana perbuatan yang terpuji (baik) yang harus segera dilaksanakan dan mana perbuatan tercela (buruk) yang harus segera ditinggalkan. Tolak ukur ini, sekali lagi, adalah hukum syara’ yakni aturan-aturan Allah SWT yang dibawa Rosulullah SAW dan bukan akal dan hawa nafsu manusia. Sehingga apabila syara’ menilai perbuatan tersebut itu baik, maka baiklah perbuatan itu baik, begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian, manusia akan dapat menjalani kehidupan dimuka bumi ini dengan berada diatas jalan yang lurus (benar), jalan yang akan mendatangkan kebahagiaan, kedamaian dan ketentraman. Hal yang wajar sebab mereka berjalan diatas ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah menciptakan dan mengatur mereka dan mengetahui secara pasti mana yang baik dan buruk bagi manusia. Sebaliknya, jika manusia menjadikan akal dan hawanya untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk, atau dengan kata lain mereka membuat aturan yang bertentangan dengan aturan yang diturunkan Allah SWT sehingga mereka berjalan diatas jalan yang salah, maka yang akan didapatkannnya hanyalah kesengsaraan, kekacauan, kerusakan, kegelisahan dan berbagai bencana yang silih berganti. Allah SWT berfirman:
“Telah tampak kerusakan didart dan dilaut disebabkan karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (Qs. Ar-Ruum [30]: 41)
Dalam terikat dengan hukum syara’ ini tidak layak ditunda-tunda. Rosulullah SAW bersabda:
“Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dmana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi apda waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia” [HR. Muslim]
Bila hadits ini kita renungkan, rasanya dewasa ini hampir atau bahkan telah terjadi. Betapa banyak godaan, halangan, dan tantangan yang menghadang didepan orang yang akan melakukan kebaikan. Sebaliknya, betapa banyak dorongan dan kemudahan untuk melakukan kemaksiatan.
Pilar-pilar Ibadah Islam
Manusia diciptakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk beribadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya serta
meneladani Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, setiap Muslim dan
Muslimah harus mengetahui hakikat ibadah yang sebenarnya agar amalan yang
dikerjakannya diberikan ganjaran kebaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
A. Definisi
Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sendangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sendangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah
adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
2. Ibadah
adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah
adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang di-cintai dan diridhai Allah Azza
wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Inilah definisi yang paling lengkap.
Ibadah
inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.
Allah Ta’ala
berfirman :
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi
rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Allah Azza
wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah
kepada Allah, ia adalah sombong. Barang-siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi
dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku
bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
B.
Pilar-Pilar ‘Ubudiyyah Yang Benar
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan).
Rasa cinta
harus dibarengi dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan
raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman
tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
“Dia mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah: 54]
C. Syarat
Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah, yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibadah adalah perkara tauqifiyah, yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya
tuntutan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” [5]
Agar bisa
diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa benar
kecuali dengan adanya dua syarat:
1. Ikhlas
karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
2. Ittiba’,
sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syarat yang
pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia
mengharuskan ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik
kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah,
karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan
meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang
menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala
di sisi Rabb-nya dan pada diri mereka tidak ada rasa takut dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]
Pada yang
pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan
ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta
mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan
bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.[6]
Ibadah di
dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia,
dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah
itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang
tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah
mudah.
Di antara
keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa, membersihkan hati, dan
mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusia.
Menghilangkan Rasa Jenuh dan Bosan
Mengatasi
Rasa Bosan atau Jenuh – Mungkin suatu ketika pernah mengalami yang
namanya jenuh atau bosan, pada saat itu Anda bahkan seperti orang yang
bingung mau mengerjakan apa? atau Anda kelihatan sibuk, tapi tidak ada
satu pekerjaan yang selesai.
Jenuh Karena Kegiatan Kuliah
atau Jenuh Karena Rutinitas Anda Di Pekerjaan
atau Jenuh Karena Rutinitas Anda Di Rumah
Atau Bahkan Jenuh Dengan Semua Hal Yang Anda Temukan
Saya sendiri pernah mengalami apa yang anda rasakan mulai dari jenuh kuliah bahkan saya sempat jenuh dengan kehidupan saya sendiri. Timbulnya kejenuhan disebabkan karena :
1. Rutinitas : kejenuhan itu timbul karna kita melakukan hal atau rutinitas yang sama ( tidak Berubah ) dan selalu terulang – ulang. Contoh : anda mempunyai jadwal kuliah dari jam 8.00 hingga jam 5.00 sore , dan jika hal itu menjadi rutinitas anda sehari-hari maka anda akan mengalami kejenuhan, meski matakuliah anda di hari lainnya berbeda-beda.
2. Beban fikiran : Beban fikiran yang selalu anda bawa setelah menyelesaikan rutinitas. Contoh : seorang mahasiswi/a seusai kuliah mereka dibebankan dengan tugas yang harus mereka kerjakan. Atau pekerja ( karyawan/buruh ) selesai mereka berkerja mereka dibebani dengan fikiran pekerjaan dan keluarga seperti bagai mana keadaan anaknya saat ini, mau masak apa nanti dirumah, dll.
3. lingkungan : lingkungan dimana tempat anda tinggal dapat mempengaruhi tingkat kejenuhan anda contoh : Lingkungan yang tidak bersahabat ( anda tidak mempunyai teman atau pun tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat ). Lingkungan rumah anda yang slalu berantakan, orang tua tidak pernah akur dll.
4. Kondisi fisik ( kesehatan anda) : Kondisi fisik pun dapat berperan meningkatan tingkat kejenuhan anda. Karena kondisi fisik dapat membuat emosi kita tidak stabil. Mungkin jika anda sakit gigi/sakit kepala anda akan lebih sering memarahi orang terdekat anda atau orang yang menurut anda telah mengganggu anda. Contoh lain : jika kondisi fisik anda tidak stabil seperti lemas-lemas ataupun kurang tidur, hal tersebut akan menimbulkan kejenuhan pada diri anda.
Pada kenyataannya masih ada orang yang sering melakukan rutinitas seperti anda, tetapi mereka tidak pernah merasakan kejenuhan. Pasti Anda bertanya-tanya: bagaimana caranya untuk mengatasi kejenuhan diatas bukan?
Sekarang saya akan memberikan tips menghilangkan kejenuhan berdasarkan pengalaman dilapangan (cara Mengatasi Rasa Bosan atau Jenuh):
1. Mulailah memikirkan sesuatu yang bersifat fun (menghibur). Mungkin salah satu teman anda pernah melakukan lelucon atau hiburan pada anda. Atau pun mengingat hal terkonyol yang pernah anda lakukan. Ingat jangan pernah memikirkan masalalu yang menurut anda menyedihkan!!
2. Ciptakan pemandangan yang berbeda di tempat kerja anda. Jika anda seorang pekerja kantoran mungkin anda bisa memasang foto anak anda. Atau pun mengganti lukisan yang ada dalam kantor anda. Jika anda seorang mahasiswa anda bisa memasang foto-foto teman anda foto sewaktu anda kecil atau pun foto kekasih anda pada folder yang selalu anda bawa.
3. Kenali lingkungan anda. Jangan terlalu menjadi pendiam atau pun kurang bergaul. Dan jangan pernah memilih teman. Siapa saja yang anda kenal akan menjadi warna dalam hidup anda. Kenali dosen teman sekelas, teman kerja, ibu kantin dll.
4. Mulailah membuat lingkungan anda menjadi menarik. Anda bisa mencari teman untuk saling berbagi cerita, dan saling berbagi pendapat tentang pekerjaan anda atau pun pengalaman yang menarik.
5. Lakukan gerakan-gerakan kecil yang dapat menimbulkan irama sambil bernyanyi di dalam hati. Contohnya menggetukan jari-jari anda diatas meja, menggerakan telapak kaki anda dll, sehingga mengeluarkan irama ketukanyang halus. Memang terdengar konyol akan tetapi gerakan dan irama tersebut dapat membuat anda lebih rileks dan nyaman.
6. Buatlah penampilan anda berbeda dari sebelumnya menjadi lebih baik.
Mengganti pakaian yang berbeda dari minggu-minggu sebelumnya. Merubah gaya rambut anda. Memakai pernak-pernik yang berbeda. Sehingga membuat penampilan anda lebih menarik dan menawan.
7. gunakanlah property yang berada disekitar anda untuk dijadikan mainan bagi anda. Mungkin disekitar anda terdapat alat tulis yang dapat anda putar-putar dengan jari anda. Atau sebuah kertas yang bisa anda lipat menjadi sebuah pesawat kertas. Menggambar dengan menggunakan alat tulis yang ada di sekitar anda.
8. Sesekali manfaat kan waktu istirahat ataupun waktu luang anda untuk melakukan kegiatan yang bersifatnya refreshing. Seperti bermain biliard jalan-jalan dll
9. Hindari lingkungan yang tidak bersahabat. Ataupun lingkungan yang selalu membuat anda tidak nyaman.
10. Berfikir positif terhadap apapun yang terjadi seperti dimarahi dosen, dimarahi atasan, dll itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap anda
11. Jaga stamina tubuh anda sebelum melakukan rutinitas. Anda bisa mengkunsumsi suplemen penambah stamina, makan-makanan yang begizi, dll.
Ingat!! Kejenuhan Dapat Mempengaruhi Semangat Anda Dalam Bekerja, Belajar Dan Berkarya. Jika Anda Membiarkan Kejenuhan Datang Pada Diri Anda Berarti Anda Telah Mengisi Hari Anda Dengan Penuh Kekosongan. Semoga tips untuk mengatasi rasa bosan atau jenuh dapat bermnafaat. Semua tips diatas tidak akan terlaksana jika tidak ada NIAT dalam diri kita untuk menghilangkan kejenuhan tersebut. Selamat mencoba.
Jenuh Karena Kegiatan Kuliah
atau Jenuh Karena Rutinitas Anda Di Pekerjaan
atau Jenuh Karena Rutinitas Anda Di Rumah
Atau Bahkan Jenuh Dengan Semua Hal Yang Anda Temukan
Saya sendiri pernah mengalami apa yang anda rasakan mulai dari jenuh kuliah bahkan saya sempat jenuh dengan kehidupan saya sendiri. Timbulnya kejenuhan disebabkan karena :
1. Rutinitas : kejenuhan itu timbul karna kita melakukan hal atau rutinitas yang sama ( tidak Berubah ) dan selalu terulang – ulang. Contoh : anda mempunyai jadwal kuliah dari jam 8.00 hingga jam 5.00 sore , dan jika hal itu menjadi rutinitas anda sehari-hari maka anda akan mengalami kejenuhan, meski matakuliah anda di hari lainnya berbeda-beda.
2. Beban fikiran : Beban fikiran yang selalu anda bawa setelah menyelesaikan rutinitas. Contoh : seorang mahasiswi/a seusai kuliah mereka dibebankan dengan tugas yang harus mereka kerjakan. Atau pekerja ( karyawan/buruh ) selesai mereka berkerja mereka dibebani dengan fikiran pekerjaan dan keluarga seperti bagai mana keadaan anaknya saat ini, mau masak apa nanti dirumah, dll.
3. lingkungan : lingkungan dimana tempat anda tinggal dapat mempengaruhi tingkat kejenuhan anda contoh : Lingkungan yang tidak bersahabat ( anda tidak mempunyai teman atau pun tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat ). Lingkungan rumah anda yang slalu berantakan, orang tua tidak pernah akur dll.
4. Kondisi fisik ( kesehatan anda) : Kondisi fisik pun dapat berperan meningkatan tingkat kejenuhan anda. Karena kondisi fisik dapat membuat emosi kita tidak stabil. Mungkin jika anda sakit gigi/sakit kepala anda akan lebih sering memarahi orang terdekat anda atau orang yang menurut anda telah mengganggu anda. Contoh lain : jika kondisi fisik anda tidak stabil seperti lemas-lemas ataupun kurang tidur, hal tersebut akan menimbulkan kejenuhan pada diri anda.
Pada kenyataannya masih ada orang yang sering melakukan rutinitas seperti anda, tetapi mereka tidak pernah merasakan kejenuhan. Pasti Anda bertanya-tanya: bagaimana caranya untuk mengatasi kejenuhan diatas bukan?
Sekarang saya akan memberikan tips menghilangkan kejenuhan berdasarkan pengalaman dilapangan (cara Mengatasi Rasa Bosan atau Jenuh):
1. Mulailah memikirkan sesuatu yang bersifat fun (menghibur). Mungkin salah satu teman anda pernah melakukan lelucon atau hiburan pada anda. Atau pun mengingat hal terkonyol yang pernah anda lakukan. Ingat jangan pernah memikirkan masalalu yang menurut anda menyedihkan!!
2. Ciptakan pemandangan yang berbeda di tempat kerja anda. Jika anda seorang pekerja kantoran mungkin anda bisa memasang foto anak anda. Atau pun mengganti lukisan yang ada dalam kantor anda. Jika anda seorang mahasiswa anda bisa memasang foto-foto teman anda foto sewaktu anda kecil atau pun foto kekasih anda pada folder yang selalu anda bawa.
3. Kenali lingkungan anda. Jangan terlalu menjadi pendiam atau pun kurang bergaul. Dan jangan pernah memilih teman. Siapa saja yang anda kenal akan menjadi warna dalam hidup anda. Kenali dosen teman sekelas, teman kerja, ibu kantin dll.
4. Mulailah membuat lingkungan anda menjadi menarik. Anda bisa mencari teman untuk saling berbagi cerita, dan saling berbagi pendapat tentang pekerjaan anda atau pun pengalaman yang menarik.
5. Lakukan gerakan-gerakan kecil yang dapat menimbulkan irama sambil bernyanyi di dalam hati. Contohnya menggetukan jari-jari anda diatas meja, menggerakan telapak kaki anda dll, sehingga mengeluarkan irama ketukanyang halus. Memang terdengar konyol akan tetapi gerakan dan irama tersebut dapat membuat anda lebih rileks dan nyaman.
6. Buatlah penampilan anda berbeda dari sebelumnya menjadi lebih baik.
Mengganti pakaian yang berbeda dari minggu-minggu sebelumnya. Merubah gaya rambut anda. Memakai pernak-pernik yang berbeda. Sehingga membuat penampilan anda lebih menarik dan menawan.
7. gunakanlah property yang berada disekitar anda untuk dijadikan mainan bagi anda. Mungkin disekitar anda terdapat alat tulis yang dapat anda putar-putar dengan jari anda. Atau sebuah kertas yang bisa anda lipat menjadi sebuah pesawat kertas. Menggambar dengan menggunakan alat tulis yang ada di sekitar anda.
8. Sesekali manfaat kan waktu istirahat ataupun waktu luang anda untuk melakukan kegiatan yang bersifatnya refreshing. Seperti bermain biliard jalan-jalan dll
9. Hindari lingkungan yang tidak bersahabat. Ataupun lingkungan yang selalu membuat anda tidak nyaman.
10. Berfikir positif terhadap apapun yang terjadi seperti dimarahi dosen, dimarahi atasan, dll itu adalah wujud kepedulian mereka terhadap anda
11. Jaga stamina tubuh anda sebelum melakukan rutinitas. Anda bisa mengkunsumsi suplemen penambah stamina, makan-makanan yang begizi, dll.
Ingat!! Kejenuhan Dapat Mempengaruhi Semangat Anda Dalam Bekerja, Belajar Dan Berkarya. Jika Anda Membiarkan Kejenuhan Datang Pada Diri Anda Berarti Anda Telah Mengisi Hari Anda Dengan Penuh Kekosongan. Semoga tips untuk mengatasi rasa bosan atau jenuh dapat bermnafaat. Semua tips diatas tidak akan terlaksana jika tidak ada NIAT dalam diri kita untuk menghilangkan kejenuhan tersebut. Selamat mencoba.
Kantong Bocor!!
Imam mesjid Asyuraim alharam almakki dalam khutbahnya mengatakan:
*Hati-hati dengan kantong yg bocor*
Engkau telah berwudhu dgn sebaik2 wudhu akan tetapi engkau boros memakai air, (itu sama dengan)
*kantong bocor*
Engkau bersedekah kepada fakir miskin kemudian, engkau menghina dan menyulitkan mereka, (itu seperti)
*kantong bocor*
Engkau sholat malam hari, puasa di siang hari, dan mentaati tuhanmu, tapi engkau memutuskan (tali) silaturrahmi, (jelas itu adalah)
*kantong bocor*
Engkau sabar dengan haus dan lapar, tapi engkau menghina dan mencaci, (sama dengan)
*kantong bocor*
Engkau memakai baju kerudung dan kebaya, tapi minyak Wangi menyengat, (itu)
*kantong bocor*
Engkau memuliakan tamumu dan berbuat baik kepadanya, tapi setelah dia pergi engkau menggunjingkanya, (sungguh itu)
*kantong bocor*
Pada akhirnya *engkau hanya mengumpulkan kebaikanmu dalam kantong bocor,* satu sisi engkau mengumpulkan dengan susah payah kemudian engkau menjatuhkannya dg mudah di sisi lain.
Ya Rabb, kami mohon hidayah dan ampunan atas kami dan orang-orang yg kami cintai
Keganjilan-keganjilan orang-orang Arab (secara khusus dan kaum muslimin umumnya)
1. Tidak mampu pergi haji karna biayanya besar, akan tetapi sanggup pergi wisata mengganti suasana,
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*
2. Tidak sanggup membeli hewan qurban karna harganya yg mahal, tapi sanggup membeli iPhone sekedar ganti model.
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*
*Hati-hati dengan kantong yg bocor*
Engkau telah berwudhu dgn sebaik2 wudhu akan tetapi engkau boros memakai air, (itu sama dengan)
*kantong bocor*
Engkau bersedekah kepada fakir miskin kemudian, engkau menghina dan menyulitkan mereka, (itu seperti)
*kantong bocor*
Engkau sholat malam hari, puasa di siang hari, dan mentaati tuhanmu, tapi engkau memutuskan (tali) silaturrahmi, (jelas itu adalah)
*kantong bocor*
Engkau sabar dengan haus dan lapar, tapi engkau menghina dan mencaci, (sama dengan)
*kantong bocor*
Engkau memakai baju kerudung dan kebaya, tapi minyak Wangi menyengat, (itu)
*kantong bocor*
Engkau memuliakan tamumu dan berbuat baik kepadanya, tapi setelah dia pergi engkau menggunjingkanya, (sungguh itu)
*kantong bocor*
Pada akhirnya *engkau hanya mengumpulkan kebaikanmu dalam kantong bocor,* satu sisi engkau mengumpulkan dengan susah payah kemudian engkau menjatuhkannya dg mudah di sisi lain.
Ya Rabb, kami mohon hidayah dan ampunan atas kami dan orang-orang yg kami cintai
Keganjilan-keganjilan orang-orang Arab (secara khusus dan kaum muslimin umumnya)
1. Tidak mampu pergi haji karna biayanya besar, akan tetapi sanggup pergi wisata mengganti suasana,
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*
2. Tidak sanggup membeli hewan qurban karna harganya yg mahal, tapi sanggup membeli iPhone sekedar ganti model.
*bukankah perdagangan Allah itu mahal*
Jumat, 30 Desember 2016
Potensi dan Keunikan Manusia dalam Pendidikan
Potensi
manusia yang berkaitan dengan berlangsungnya pendidikan
·
Potensi Berfikir
Manusia memiliki potensi berfikir.Seringkali Alloh menyuruh manusia untuk berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru.
Manusia memiliki potensi berfikir.Seringkali Alloh menyuruh manusia untuk berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru.
·
Potensi Emosi
Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain dalam proses pembelajaran agar dapat lebih memahami satu sama lain.
Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain dalam proses pembelajaran agar dapat lebih memahami satu sama lain.
·
Potensi Fisik
Fisik merupakan potensi terpenting dalam pembelajaran karena dengan fisik yang kuat akan memudahkan kita untuk mencari segala sumber informasi dan sangat mudah memahami pembelajaran yang kita terima.
Fisik merupakan potensi terpenting dalam pembelajaran karena dengan fisik yang kuat akan memudahkan kita untuk mencari segala sumber informasi dan sangat mudah memahami pembelajaran yang kita terima.
·
Potensi Sosial
Potensi ini juga memiliki peranan yang sangat penting karena semakin kita menguasai proses komunikasi atau semakin banyak kita mendapatkan teman dan semakin banyak informasi ang kita dapat maka kita akan lebih mudah dan lebih bersemangat dalam belajar.
Keunikan Manusia..
Potensi ini juga memiliki peranan yang sangat penting karena semakin kita menguasai proses komunikasi atau semakin banyak kita mendapatkan teman dan semakin banyak informasi ang kita dapat maka kita akan lebih mudah dan lebih bersemangat dalam belajar.
Keunikan Manusia..
Manusia diciptakan oleh Allah berbeda-neda dibadning dengan makluk lain, manusia diciptakan mempunyai akan dan pikiran. maka Allah menyuruh kita untuk selalu berpikir.
Jadi keunikan yang dimiliki manusia adalah mempunyai akal dan pikiran dan manusia diciptakan mempunyai otak yang sangat sempurna dibanding makhluk lain, maka dari itu kita harus mengembangkan akal dan pikiran kita agar lebih dewasa melalui peran pendidikan, maka dari itu peran pendidikan tidak akan pernah terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Langganan:
Komentar (Atom)