Minggu, 20 November 2016

Pendidikan Hanya untuk Manusia

Pendidikan Hanya untuk Manusia

Pendidikan berlangsung seumur hidup dimulai dari sejak manusia lahir sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seutuhnya. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang ‘tidak boleh’ tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik.

               Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan hewan yang harus dididik dan harus mendapat pendidikan. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan, ialah manusia harus dididik dan harus mendapat pendidikan.

A.       Manusia dan Hewan
Manusia dan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur fisik dan perilakunya. Secara fisik, manusai dengan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh yang secara prinsipil tidak memiliki perbedaan. Perilaku hewan seluruhnys didasarkan atas insting (insting lapar, insting seks, insting mempertahankan diri). Begitu pula pada manusia yang meiliki perilaku yang didasarkan atas insting, sedangkan manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki kesadaran indera, dimana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena dilengkapi alat indera.

Manusia memiliki kata hati nurani yaitu kemampuan manusia untuk membedakan antara nilai yang baik dan nilai yang buruk. Kemampuan inilah yang menyebabkan bahwa manusia dapat dididik. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Namun tidak semua perilaku dapat tersentuh oleh pendidikan. Dalam hal ini Prof. Khonstam (sikun Pribadi 2014) mengemukakan beberapa lapisan perilaku dari makhluk yang hidup di jagat raya ini.
a.      Perilaku anorganis yaitu suatu gerakan yang terjadi pada benda-benda mati, tidak bernyawa
b.      Perilaku nabati yaitu perilaku yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan.
c.        Perilaku hewani yaitu perilaku yang lebih tinggi derajatnya dari perilaku nabati
d.      Perilaku insani merupakan perilaku yang hanya dimiliki oleh manusia yang memiliki kemauan untuk menguasai hawa nafsunya, memiliki kesadaran diri dan membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama.
e.       Perilaku mutlak, perilaku ini hanya ada pada diri manusia karena manusia dapat menghayati pada saat berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pencipta alam semesta.

Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Pendidikan mengenalkan manusia pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, melalui pendidikan manusia dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak berubah.
Dalam uraian diatas, bahwa hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusialah yang dapat dididik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan, karena manusia dilengkapi dengan akal budi.

B.        Mengapa Manusia Harus Dididik
            Pendidikan memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mengarungi kehidupan menuju kedewasaan, manusia perlu dipersiapkan melalui pendidikan yang diwariskan oleh orang tua atau generasi tua. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
            Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
Ada dua dasar yang mendasari manusia harus dididik atau mendidik.
a.        Dasar Biologis
Pendidikan adalah perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya
1.      Anak manusia tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan
2.      Anak manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstuktif
3.      Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri)
b.        Dasar Sosio-Antropologi
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
1.        Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan sosial atau budaya
2.       Masyarakat menginginkan kehidupan yang beradab

C.        Manusia sebagai Makhluk yang Dapat dididik
            Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Tetapi perilaku mana yang dapat terjangkau oleh pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk yang berperilaku.
            Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum”  atau hewan yang perlu didik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980).
Langeveld  (180) merumuskan manusia sebagai ‘animal educandum’ manusia yang perlu dididik, agar ia dapat melaksanakan kehidupannya sebagai manusia, agar ia dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
          Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

          Ada 4 prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
1. Prinsip Potensialitas
2. Prinsip Dinamika
3. Prinsip Individualitas
4. Prinsip Sosialitas
Ada dua dasar yang mendasari manusia dapat dididik atau mendidik
a.        Dasar Biologis
Anak dilahirkan tidak berdaya tapi mempunyai potensi untuk berubah.
1.           Anak bersifat lentur
2.         Anak mempunyai otak yang besar dan berpermukaan yang luas
3.         Anak mempunyai pusat syaraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berpikir, sehingga terjadi penangguhan reaksi dalam menerima perangsang, maka terjadi belajar
b.        Dasar Psiko-Sosio-Antropologis
Keragaman dan kelebihan individu.
1.           Individu adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangan.
2.         Ada perbedaan penguasaan budaya
3.         Animal sociale, sehingga ada usah saling tolong menolong


 Referensi : 
Sadulloh, Uyoh dkk. 2011. Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta
Rasyidin, Waini. 2014. Pedagogik Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar