Pendidikan Hanya untuk Manusia
Pendidikan
berlangsung seumur hidup dimulai dari sejak manusia lahir sampai tutup usia,
sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya.
Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan
manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut
manusia seutuhnya. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya
suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang ‘tidak
boleh’ tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk
mencapai suatu generasi yang lebih baik.
Manusia
sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan
hewan yang harus dididik dan harus mendapat pendidikan. Dari pengertian
tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
manusia dengan hewan, ialah manusia harus dididik dan harus mendapat
pendidikan.
A.
Manusia
dan Hewan
Manusia dan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur
fisik dan perilakunya. Secara fisik, manusai dengan hewan, khususnya hewan
menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan tubuh yang secara
prinsipil tidak memiliki perbedaan. Perilaku hewan seluruhnys didasarkan atas
insting (insting lapar, insting seks, insting mempertahankan diri). Begitu pula
pada manusia yang meiliki perilaku yang didasarkan atas insting, sedangkan
manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama
sekali tidak dimiliki oleh hewan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki
kesadaran indera, dimana manusia dan hewan dapat mengamati lingkungan karena
dilengkapi alat indera.
Manusia memiliki kata hati nurani yaitu kemampuan manusia
untuk membedakan antara nilai yang baik dan nilai yang buruk. Kemampuan inilah
yang menyebabkan bahwa manusia dapat dididik. Pendidikan pada hakikatnya akan
berusaha untuk mengubah perilaku. Namun tidak semua perilaku dapat tersentuh
oleh pendidikan. Dalam hal ini Prof. Khonstam (sikun Pribadi 2014) mengemukakan
beberapa lapisan perilaku dari makhluk yang hidup di jagat raya ini.
a.
Perilaku
anorganis yaitu suatu gerakan yang terjadi pada benda-benda mati, tidak
bernyawa
b.
Perilaku
nabati yaitu perilaku yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan.
c.
Perilaku
hewani yaitu perilaku yang lebih tinggi derajatnya dari perilaku nabati
d.
Perilaku
insani merupakan perilaku yang hanya dimiliki oleh manusia yang memiliki
kemauan untuk menguasai hawa nafsunya, memiliki kesadaran diri dan membutuhkan
orang lain untuk hidup bersama-sama.
e.
Perilaku
mutlak, perilaku ini hanya ada pada diri manusia karena manusia dapat
menghayati pada saat berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai
pencipta alam semesta.
Melalui
pendidikan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungannya. Pendidikan mengenalkan manusia pada ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan kata lain, melalui pendidikan manusia dapat mengoptimalkan
potensi yang ada dalam dirinya. Hal inilah yang membedakan antara manusia
dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih
melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu
yang sifatnya statis/tidak berubah.
Dalam uraian diatas, bahwa hewan tidak dapat dididik dan
tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat
dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusialah yang dapat dididik dan
memungkinkan dapat menerima pendidikan, karena manusia dilengkapi dengan akal
budi.
B.
Mengapa
Manusia Harus Dididik
Pendidikan memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk
mengarungi kehidupan menuju kedewasaan, manusia perlu dipersiapkan melalui
pendidikan yang diwariskan oleh orang tua atau generasi tua. Manusia pada
hakikatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia
merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan.
Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam
keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
Ada dua dasar yang mendasari manusia
harus dididik atau mendidik.
a.
Dasar
Biologis
Pendidikan adalah perlu karena anak manusia dilahirkan tidak
berdaya
1. Anak manusia tidak dilengkapi insting
yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan
2. Anak manusia perlu masa belajar yang
panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan
lingkungan secara konstuktif
3. Awal pendidikan terjadi setelah anak
manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak dapat berjalan sendiri, dapat makan
sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri)
b.
Dasar
Sosio-Antropologi
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat.
1.
Setiap
anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan
sosial atau budaya
2.
Masyarakat
menginginkan kehidupan yang beradab
C.
Manusia
sebagai Makhluk yang Dapat dididik
Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik,
memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan pada
hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Tetapi perilaku mana yang
dapat terjangkau oleh pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk yang
berperilaku.
Manusia belum selesai menjadi
manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan
sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik
diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian
kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J.
Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal
Educandum” atau hewan yang perlu didik dan mendidik diri
(M.J.Langeveld, 1980).
Langeveld (180) merumuskan manusia
sebagai ‘animal educandum’ manusia yang perlu dididik, agar ia dapat
melaksanakan kehidupannya sebagai manusia, agar ia dapat melaksanakan tugas
hidupnya secara mandiri.
Manusia (anak didik) hakikatnya
adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan
pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari
individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa
manusia akan dapat dididik.
Ada 4 prinsip antropologis yang
melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
1. Prinsip Potensialitas
2. Prinsip Dinamika
3. Prinsip Individualitas
4. Prinsip Sosialitas
Ada dua dasar yang mendasari manusia
dapat dididik atau mendidik
a.
Dasar
Biologis
Anak dilahirkan tidak berdaya tapi mempunyai potensi untuk
berubah.
1.
Anak
bersifat lentur
2.
Anak
mempunyai otak yang besar dan berpermukaan yang luas
3.
Anak
mempunyai pusat syaraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berpikir,
sehingga terjadi penangguhan reaksi dalam menerima perangsang, maka terjadi
belajar
b.
Dasar
Psiko-Sosio-Antropologis
Keragaman dan kelebihan individu.
1.
Individu
adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangan.
2.
Ada
perbedaan penguasaan budaya
3.
Animal
sociale, sehingga ada usah saling tolong menolong
Referensi :
Sadulloh, Uyoh dkk. 2011. Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta
Rasyidin, Waini. 2014. Pedagogik Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:
Posting Komentar